WartaParahyangan.com
BANDUNG – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Tubagus Ace Hasan Syadzily, mengatakan pentingnya peningkatan kesejahteraan bagi guru-guru ngaji di Tanah Air. Termasuk para guru ngaji di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) karena perannya yang begitu besar dalam mendidik moral bangsa.
Hal itu Tubagus Ace Hasan Syadzily atau biasa disapa Kang Ace pada kegiatan Ngobrol Pendidikan Islam (NGOPI) bersama puluhan guru ngaji TPQ se-Kabupaten Bandung di Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (10/10/2023).
“Saya juga terlahir dari seorang guru ngaji. Kedua orang tua saya adalah guru ngaji di sebuah desa di Pandeglang Banten. Sebagai bentuk kebanggaan menjadi anak seorang guru ngaji maka sudah sepatutnya saya berjuang untuk para guru ngaji terutama mereka yang ada di pelosok-pelosok,” papar Kang Ace.
Disebutkan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat itu, guru TPQ sangat berperan penting bagi pendidikan akhlak anak-anak bangsa, sehingga dirinya tidak bisa membayangkan bila negeri ini tidak memiliki guru-guru ngaji yang baik hati dan ikhlas dalam mendidik anak-anak tunas bangsa ini.
“Saya bangga lahir dari seorang guru ngaji. Guru ngaji kampung. Alhamdulillah berkah. Dari guru ngaji bisa menjadi anggota DPR RI juga,” selorohnya.
Kang Ace yang berasal dari Dapil Kabupaten Bandung dan Bandung Barat itu berharap ke depan perhatian terhadap para guru ngaji akan semakin baik. Para guru TPQ juga makin sejahtera karena adanya perhatian dari semua pihak termasuk negara.
“Insyaallah sebagai anggota DPR RI yang paham terhadap keberadaan guru ngaji di lapangan akan terus mendorong supaya kelembagaan pendidikan Islam bisa makin berkembang, sehingga kesejahteraan para guru yang ada di dalamnya juga semakin meningkat,” ujarnya.
Kang Ace menyontohkan ketika awal pandemi Covid-19, pihaknya bahkan sempat mendorong anggaran bantuan operasional pendidikan bagi Pesantren dan Madrasah Diniyah hingga Rp5,8 triliun.
Meski demikian, sebut Kang Ace, masih terjadi adanya ketimpangan anggaran pendidikan bagi lembaga pendidikan di bawah Kemendikbud Ristek dan Kemenag.
Ia menyebutkan anggaran Program Indonesia Pintar (PIP) bagi sekolah di bawah Kemenag hanya berkisar sekitar Rp1,4 triliun, masih jauh dibanding anggaran PIP bagi sekolah di bawah Kemendikbud Ristek yang mencapai Rp13,4 triliun.
“Saya keliling mendengarkan keluhan di madrasah-madrasah. Misalnya dari 25 rombongan belajar (rombel), hanya 3 orang yang dapat PIP. Alokasi anggaran di bawah Kementerian Agama masih sangat terbatas,” katanya.
Kang Ace meyakinkan bahwa sebagai alumni madrasah, ia akan akan terus memperjuangkan kesejahteraan guru-guru madrasah tersebut sampai kapan pun.
“Selaku anggota DPR RI yang menjadi corong aspirasi bapak ibu dan menyuarakan apa yang menjadi harapan semuanya, maka berjuang untuk kesejahteraan bapak dan ibu serta bagi kemajuan pendidikan Islam adalah hal yang harus terus dilakukan,” kata Kang Ace.
Asep R. Rasyid