Dorong IPM tak Ikut Ambruk, Lokatmala Foundation Gelar Pemulihan Semangat Belajar Anak-anak Penyintas Gempa Cianjur

Aktivis seni budaya dari Lokatmala Foundation sedang memberikan trauma healing kepada anak-anak SDN Gintung, Kecamatan Cugenang, Cianjur.

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Dalam rangka ikut mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Cianjur, Lokatmala Foundation bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Jawa Barat, menggelar kegiatan pemulihan semangat belajar bagi anak-anak penyintas gempa bumi Cianjur.

Kegiatan trauma healing berbasis seni budaya tersebut berlangsung di SDN Gintung, Jl. PTPN VIII Kampung Mangun, RT 01/04, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Sabtu (24/12/2022).

Ratusan murid yang didampingi para guru mereka tampak antusias mengikuti program tersebut meskipun hanya dilakukan di dalam tenda di depan gedung sekolah yang ambruk akibat gempa bumi bermagnetudo 5,6 yang mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu itu.

Ketua Lokatmala Foundation Wina Rezky Agustina, mengatakan, kegiatan pemulihan semangat belajar bagi anak-anak korban gempa Cianjur ini dilakukan agar IPM Cianjur tak ikut terbawa ambruk pasca gempa bumi Cianjur.

“Semangat belajar anak-anak sebagai agen masa depan bangsa harus terus dipupuk dan diselamatkan meskipun dalam kondisi bencana,” kata Wina didampingi Direktur Komunikasi dan Jaringan Lokatmala Foundation, Grisela Dita.

Menurut Wina, dalam kondisi apapun tak boleh ada zero belajar, atau anak kosong dari pembelajaran dan pendidikannya.

Ketua Lokatmala Foundation Wina Rezky Agustina dalam kegiatan trauma healing kepada anak-anak sekolah di tenda pengungsian depan gedung SDN Gintung, Cugenang, yang roboh akibat gempa bumi.

“Tak mungkin kita bisa meningkatkan IPM kalau anak-anaknya masih trauma, sehingga tidak memiliki semangat belajar. Ikhtiar kecil ini bentuk upaya kami membantu Pemerintah Kabupaten Cianjur agar IPM bisa lebih baik ke depannya,” tutur Wina.

Di tempat yang sama, Grisela Dita menjelaskan, gempa Cianjur telah menelan korban 604 jiwa meninggal dunia, 593 jiwa luka-luka, 33 masih dirawat, 6 jiwa masih dalam pencarian, dan 114.683 jiwa terpaksa mengungsi.

“Selain korban jiwa, gempa tersebut juga mengakibatkan kerugian di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pendidikan dimana terdapat 665 satuan pendidikan terdampak yang terdiri dari 2.393 ruang kelas mengalami rusak parah, sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu,” ujar Dita.

Dalam kegiatan yang dipandu penggiat budaya dari Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek RI, Dika Dzikriawan dan seniman muda Cianjur, Rafi Taufik tersebut, Dita memaparkan, dari sekian persoalan pasca gempa Cianjur, pemberian perlindungan dan pendampingan terhadap anak-anak yang menjadi korban bencana alam adalah hal yang patut menjadi perhatian bersama.

Sebab, lanjut Dita, anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena masalah psikologis pasca gempa. “Salah satu bentuk perlindungan itu antara lain melalui dukungan psikososial anak,” sebut Dita.

Dukungan psikososial pada anak ini, kata Dita, sudah sepatutnya dilakukan untuk mengurangi perasaan trauma serta memberikan ketenangan dan meningkatkan toleransi di antara korban.

“Pemenuhan kebutuhan dasar dan khusus anak juga harus meliputi kebutuhan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, layanan kesehatan, belajar dan rekreasi, jaminan keamanan, serta persamaan perlakuan,” ujar Dita.

Pantauan di lapangan, para siswa selain diajak bermain, menari dan menyanyi bersama, juga diajak berdo’a dan mengafirmasi harapan-harapan dan cita-cita mereka melalui doa dan dzikir yang disesuaikan dengan usia mereka.

Anak-anak juga dikenalkan dengan beberapa kesenian khas Cianjur dan cara pembuatannya, seperti Rengkenek Cianjur dan permainan tradisional yang bahan bakunya dari bambu.

Dalam sesi ini peserta diberikan permainan totoroktokan, héheotan, dan gangsing. Ketiga permainan tersebut merupakan permainan tradisional khas masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Seperti diketahui, IPM Kabupaten Cianjur bertahan di peringkat terendah dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat. Meskipun mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun Cianjur belum bisa naik posisi. Bahkan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS), sejak 2018 sampai Kabupaten Cianjur berada dipenilaian IPM 2021, Cianjur berada di posisi paling bawah.

Pada 2018 IPM Cianjur diangka 64.62, pada 2019 mengalami kenaikan menjadi 65.38. Namun pada 2020 terjadi penurunan sebesar 0.02, sehingga IPM Cianjur berada diangka 65.36. Kemudian untuk 2021 IPM Cianjur naik menjadi 65,56 poin. Namun IPM Cianjur ditahun lalu itu masih berada di bawah Kabupaten Tasikmalaya dengan 65.90 dan Garut dengan 66.45 poin.

Selain menggelar trauma healing, dihari yang sama Lokatmala Foundation bekerja sama dengan BNPB, Yayasan Alfatima dan Rambati Nusantara juga menggelar program sejenis di Posko Pengungsian Mandiri Kampung Cisarua RT 04/07, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku Kabupaten Cianjur.

Asep R. Rasyid