WARTAPARAHYANGAN.COM
CIPARAY – BPR Kertarharja Cabang Ciparay dan sekitarnya, saat ini terus berusaha meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya melalui program unggulan. Disamping itu, untuk kenyamanan, bank plat merah itu kini sedang mempersiapkan tempat yang representatif, yaitu membangun gedung baru milik sendiri.
Pimpinan Divisi Umum BPR Kertarharja, Bayu Andriatna ST ,mengatakan, saat ini BPR Kertaraharja memiliki 15 kantor cabang yang tersebar di wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Dari jumlah 15 itu memang masih ada lima kantor cabang yang belum memiliki gedung dan bangunan sendiri. Di antaranya yakni kantor cabang Ciparay, Cicadas, Cicalengka, Ciwidey dan Sindangkerta. Kelima kantor cabang itu secara bertahap didorong agar memiliki gedung milik sendiri.
“Memang ada dorongan dari pemilik yakni Bupati Bandung Dadang M Naser agar semua cabang memiliki gedung sendiri. Sampai dengan saat ini Cabang Ciparay masih menempati salah satu bangunan di Kantor Kecamatan Ciparay. Dan memang kalau di gedung sendiri pengembangan usaha juga lebih enak,” kata Bayu, saat ditemui diruang kerjanya , Jumat (6/3/2020).
Dikatakan Bayu, saat ini pembangunan gedung kantor cabang Ciparay tengah berlangsung dengan progres sekitar 30 persen. Ditargetkan gedung yang dibangun dari dana penyertaan modal Pemkab Bandung senilai Rp 1,5 miliar itu rampung selama tiga bulan pengerjaan. Nantinya, gedung dua lantai yang didirikan diatas lahan seluas 140 meter persegi itu, dapat lebih memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi nasabah di Kecamatan Ciparay dan sekitarnya.
“Ciparay itu daerah yang berkembang pesat, karena ada pasar. Sehingga Ciparay adalah salah satu cabang yang buka pelayanan hari Sabtu. Selain itu cabang Ciparay itu punya kantor kas di Maruyung, jadi memang cabang Ciparay itu sangat potensial dalam pengembangannya. Saat ini saja nasabah kredit kami kurang lebih 1000 orang dengan nilai aset belasan miliar rupiah,” ujarnya.
Dikatakan Bayu, untuk tiga kantor cabang lainnya yang belum memiliki gedung sendiri. Secara bertahap didorong untuk memiliki gedung sendiri. Namum tentunya melalui berbagai pertimbangan bisnis.
“Seperti yang di Cicalengka kami juga memang sangat ingin segera punya gedung sendiri. Tapi kendalanya harga tanah jauh diatas harga rata rata yang ditetapkan oleh tim apraisal. Apraisal hanya Rp 1,2 miliar sedangkan pemilik lahan minta harga Rp 2 miliar lebih. Kemudian untuk cabang lain memang masih ada cabang yang secara bisnis belum terlalu menguntungkan kalau membeli gedung sendiri,” katanya.
Lily Setiadarma