Sejak Ada Corona, Pendapatan Petani Cabai di Bandung Menurun Hingga 75 Persen

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG – Kalangan petani cabai di Kabupaten Bandung berharap akan ada investor yang mau bekerjasama sekaligus mengangkat keterpurukan ekonomi mereka akibat terimbas oleh Corona.

Rustandi

Rustandi (53), seorang Petani Cabai asal Kp. Gambung RW 04  Kecamatan Pasirjambu mengungkapkan, sebelum ada pandemi pasokan cabai ke pasar dan pembeli stabil. Tetapi, setelah pandemi, turun drastis hingga 75 persen.

“Saya berharap  ada pemilik modal untuk bekerjasama, survey ke lokasi. Nanti bagi hasilnya secara sama-sama. Saya yakin, kerjasama ini  bisa menghasilkan,” ungkap Rustandi, Jumat (8/5).

Rustandi menanam cabai di lahan perkebunan PPTK Gambung dengan sistem  kerjasama  seluas sepuluh hektar. Sebelum adanya pandemi Rustandi bisa mempekerjakan karyawan sebanyak 30 sampai 40 orang.

“Sekarang hanya ada sepuluh orang karyawan,” lanjut Rustandi.

Sebelum pandemi, dari tiga hektar lahan, Rustandi bisa menghasilkan cabai hingga 45 ton, yang dipasarkan ke wilayah Bandung, misalnya Pasar Induk  Caringin. Selama pandemi, Rustandi mengaku penghasilannya menjadi berkurang. Dengan harga jual di pasar, petani hanya bisa memperoleh nota pasar sebesar Rp. 8.000 yang dipotong untuk biaya akomodasi, biaya panen, dan lainnya.

“Saat ini, yang sedang bagus dipasaran yaitu sawi dan kubis,” ujar Rustandi.

Kebun cabai garapan Rustandi di blok kebun walik Gambung  Desa Mekarsari Kecamatan Pasirjambu Kab. Bandung. — foto:  Istimewa

Di bulan Ramadan ini, sawi dan kubis banyak diminati oleh masyarakat. Karena masyarakat menilai, dengan makan sayuran maka menjadi lebih sehat, apalagi saat pandemi. Harga Kubis di pasaran sebesar Rp 3.500, lebih tinggi dari harga tahun lalu.

“Meskipun cabai sedang menurun, tetapi masih ada kubis dan sawi yang sedang banyak diminati,” pungkas  Rustandi.

Lily Setiadarma