Diacara Cianjur Brewers Cup Competition, Tampilan Wina Bawakan ‘Tari Liberika’ Berhasil Bikin Penonton Terhipnotis

Wina Rezky Agustina sedang membawakan tarian kontemporer ‘Liberika’ pada acara Cianjur Brewers Cup CompetItion (CBCC) di Hotel Sangga Buana Cipanas Cianjur, Minggu (5/3/2023) malam.

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Bukan Wina Rezky Agustina namanya kalau tak bisa bikin penonton terhipnotis saat tampil dengan tarian kontemporernya. Hal itu seperti terjadi pada acara Cianjur Brewers Cup Competition (CBCC) di Hotel Sangga Buana Cipanas, Cianjur, Minggu (5/3/2023) malam.

Kostum sederhana berupa dress warna kulit dengan aksen berwarna hijau menyerupai selendang sebagai simbol alam dan perempuan Sunda, melengkapi tampilan sang koreografer yang pernah tampil di Jakarta Berlin Art Festival di Berlin dan Amsterdam itu.

Hamparan biji kopi nampak menjadi artistik sekaligus properti. Bau harum dupa dan bakaran kayu gaharu diiringi musik sayup-sayup yang kadang menghentak bergetar memenuhi ruangan. Hadirin yang terdiri dari para barista dan pecinta kopi mendadak hening seketika.

Pembawa acara CBCC, Sri Wahyuni Rachman, sebelum acara dimulai menjelaskan, ‘Liberika’ yang dibawakan Wina hadir atas kekhawatiran yang terjadi saat ini. “Liberika menjadi pilihan khas dan otentik yang dapat membuat para pecinta kopi rindu akan citarasanya,” kata Wahyuni.

Melalui ‘Liberika’, kata dia, kita berusaha memantik kesadaran publik tentang iklim dunia kini tidak sedang baik-baik saja.

“Tarian ini menggambarkan bahwa perubahan iklim selain sebagai cara alam menyeimbangkan diri, tapi juga bisa disebabkan oleh ulah kecerobohan manusia. Melalui ‘Liberika’ kita mengerti bahwa kerakusan selalu berujung petaka, kini dan masa depan,” katanya.

“Liberika adalah pesan bagi diri dan siapa saja untuk membuka mata dengan bijaksana,” sambung Wahyuni mengutip ucapan Wina Rezky Agustina.

Sebelumnya, Direktur Program dan SDM Lokatmala Foundation, Dika Dzikriawan, mengatakan, Tari Liberika sebagai wujud kekhawatiran yang terjadi saat ini dimana kopi yang sekarang sudah meramaikan pergaulan pada budaya pop justru terancam punah karena perubahan iklim.

“Kopi yang banyak tumbuh di Indonesia itu kan terdiri dari empat jenis biji, yaitu robusta, arabika, ekselsa dan liberika. Yang terakhir Liberika menurut para ahli konon yang paling siap dan beradaptasi dengan iklim,” papar Dika.

Disebutkan salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cianjur ini, Liberika memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah ditanam di dataran rendah dan lebih tahan terhadap kondisi cuaca, hama dan penyakit.

“Kopi jenis ini juga memiliki toleransi tinggi dan mampu beradaptasi dengan kondisi tanah yang kurang subur, bahkan pada tanah jenis lempung, tanaman kopi ini masih mampu untuk tumbuh,” katanya.

Asep R. Rasyid