WartaParahyangan.com
SUKABUMI – Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi, Marwan Hamami, saat bersama Partai Gerindra dan PPP mendeklarasikan Asep Japar sebagai bakal calon bupati Sukabumi di Grand Sulanjana Sukabumi beberapa waktu lalu, menyebutkan akan ada partai lain yang bergabung.
“Selain Partai Golkar, Partai Gerindra dan PPP sepakat mengusung dan mendukung Asep Japar sebagai calon bupati Sukabumi, masih ada 2 partai lagi yang ingin bergabung dengan kita. Namun saat ini belum bisa saya utarakan. Yang jelas mereka siap membangun koalisi bersama kita,“ kata Marwan saat itu.
Rupanya teki-teki yang dilemparkan Marwan saat itu, sekarang mulai terkuak.
Salah satu partai yang intens berkomunikasi sebelum acara deklarasi dan berkeinginan bergabung dengan Partai Golkar, Gerindra dan PPP, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Seperti yang diungkapkan Endang Habib, tokoh politik senior di Sukabumi bahwa beberapa hari sebelum dilaksanakan acara deklarasi Asep Japar oleh ketiga partai tersebut, beberapa tokoh tim inti pemenangan Pilkada PKS dan Partai Golkar yang juga sama-sama sebagai anggota DPRD intens berkomunikasi tentang pembentukan koalisi jelang Pilkada.
Bahkan sempat disepakati sebelum acara deklarasi akan bertemu dengan Asep Japar dan Marwan Hamami. Namun acara pertemuan tersebut ditunda dulu dengan alasan Marwan, sebagai Bupati Sukabumi ada tugas ke luar kota dan mepetnya acara deklarasi.
“Ditundanya acara pertemuan kedua petinggi Tim Pemenangan Pilkada antara PKS, Partai Golkar, Pak Asep Japar dan Pak Marwan, katanya selain Pak Marwan ada tugas ke luar kota, juga karena ada alasan lain, yaitu demi terciptanya kondusifitas politik jelang Pilkada. Namun saya menilainya lain, “ tutur Endang Habib yang dikenal dekat dengan para petinggi ke 2 partai tersebut.
Alasan ditundanya pertemuan antara PKS dan Partai Golkar, lanjut Endang, yaitu sikap bijaksana Marwan Hamami sebagai politisi yang piawai untuk menghilangkan image masyarakat yang melekat bahwa PKS telah resmi harga mati mengusung Iyos Somantri, wakil Bupati Sukabumi sebagai bakal calon bupati dari PKS. Sementara Partai Golkar yang dipimpinnya telah sepakat untuk mengusung dan mendukung Asep Japar.
Padahal di sisi lain, kata Endang, pihak PKS belum membuka pendaftaran untuk menjaring bakal calon bupati atau bakal calon wakil bupati untuk Pilkada 2024, termasuk Iyos Somantri belum mendaftar ke PKS.
Justru PKS, tambah Endang, di akhir tahun 2023 telah menetapkan bakal calon bupati atau bakal calon wakil bupati dari internal PKS. Yaitu telah menetapkan Anjak Priatama Sukma, Ketua Tim Pemenangan Pilkada PKS dan M. Sodikin, Ketua DPD PKS sebagai bakal calon bupati atau wakil bupati dari PKS. Namun sebelumnya, kedua kader terbaik PKS tersebut ditugaskan dulu sebagai calon anggota DPRD provinsi pada Pemilu 2024.
“Saat ini beredar kabar bahwa Pak Iyos itu bukan anggota PKS atau kader tercatat di PKS, meski pada Pilkada tahun 2020 diusung oleh PKS. Makanya Pak Iyos merasa bebas untuk melamar sebagai bakal calon bupati ke partai lain, yakni mendaftar ke Partai Demokrat dan PAN,” ujar Endang.
“Jadi keinginan PKS untuk bergabung dengan koalisi Partai Golkar, Partai Gerindra dan PPP itu bukan untuk mengusung Pak Iyos sebagai bakal calon bupati. Kecuali Pak Iyos bersedia menjadi bakal calon wakil bupati mendampingi Pak Asep Japar sebagai bakal calon bupatinya,” pungkas Endang.
Ujang S. Chandra