WARTAPARAHYANGAN.COM
SUKABUMI — Disebutnya nama Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Sukabumi, H. Agus Mulyadi, sebagai calon pendamping bakal calon bupati AdjoSardjono pada perhelatan Pilkada Kabupaten Sukabumi, 23 September 2020, tampaknya semakin menguatkan keyakinan publik bahwa keretakkan di dalam tubuh Partai Beringin memang sudah terjadi.
Publik Sukabumi, khususnya para pemerhati politik dan pemerintahan, menangkap sinyal disharmoni itu pada momentum terbentuknya Alat Kelengkapan Dewan {AKD) DPRD Kabupaten Sukabumi pasca penetapan hasil Pemilu Legislatif (pileg) 2019. Nama Agus Mulyadi tidak muncul sebagai salah satu pimpinan DPRD. Padahal, Ketua DPRD Kcupaten Sukabumi periode 2014-2019 ini mendapatkan suara terbanyak Pileg 2019 (18.700 suara pemilih). Maka, isu perpecahan di internal DPD Partai Golkar pun merebak cepat, secepat pergerakkan konstelasi Pilkada 2020 yang berujung pada proses penjaringan partai HejoLudeung (PKB dan PPP): Agus Mulyadi diusulkan sebagai bakal calon wakil bupati mendampingi Adjo Sardjono.
Ditemui Parahyangan di rumahnya, kawasan Benda, Cicurug, pada Rabu (27/2), Agus menolak bahkan membantah keras anggapan bahwa dia tidak loyal terhadap partai. “Saya bukan pengkhianat partai (Golkar). Darah daging ideologi saya Golkar. Saya dibesarkan Partai Golkar dan saya pun sudah berbuat cukup banyak untuk membesarkan Golkar. K.alau pun hari ini, dalam konteks pilkada, saya mendapatkan penghargaan atau apresiasi tinggi dari sahabat-sahabat diluar Golkar, apanya yang salah?,” kata Agus dalam nada separuh bertanya.
Munculnya apresiasi yang kemudian mengkristal jadi aspirasi politik dari sejumlah kader Partai Golkar dan pengurus partai lain, kata Agus, tidak datang secara ujug-ujug. Dorongan agar dirinya maju di arena kontestasi politik pilkada 2020 sudah terjadi sejak dimulainya proses pileg 2019. “Saya sendiri tidak tahu bagaimana awalnya itu (aspirasi) terjadi. Saya didorong dan didaulat untuk memasuki arena pilkada oleh pelbagai elemen masyarakat. Dan yang cukup mengejutkan, sahabat-sahabat saya dari partai lain juga mendukung. Ya gimana lagi? Saya hanya bisa bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada teman-teman semua,” ungkap Agus.
Terkait langkah politik yang akan diambilnya setelah diusulkan DPC PKB dan PPP sebagai bakal calon wakil bupati, Agus memastikan dirinya hanya akan bersikap menunggu keputusan formal-legal DPP partai Hejo Ludeung. “Anda kan tahu sendiri, yang diusulkan PKB dan PPP bukan hanya saya, tapi ada Kang Anjak (kader PKS). Sementara dari partai calon mitra koalisi yaitu Partai Gerindra, mengusulkan Kang Yudha (ketua DPC). Jadi kita tunggu saja lah. Siapa pun yang nanti terpilih mendampingi Pak Adjo, saya tetap rido dan legowo,” ungkapnya.
Hal lain yang juga dipastikan Agus Mulyadi jika direkomendasikan partai pengusung untuk mendampingi Adjo Sardjono adalah melapor kepada Ketua DPD Partai Golkar, Marwan Hamami. Menurutnya, menghadap dan melapor kepada Marwan bukan hanya soal etika berorganisasi, tapi sudah menjadi kewajiban setiap kader dalam menjaga marwah partai. “Saya akan datang melapor kepada Pak Marwan. Menjelaskan situasinya dan meminta restu. Pada saat itu pula saya akan menyampaikan surat pengunduran diri dari kepengurusan DPD. Tolong digaris bawahi, saya bukan mundur dari kader tapi dari jabatan sekretaris DPD. Saya tetap kader Golkar,” tegasnya.
Namun, ketika didesak tentang penyebab keretakan hubungannya dengan Marwan Hamami, Agus menolak berkomentar “Ada perbedaan prinsip,” katanyja tanpa menjelaskan “barang” yang disebut prinsip itu.
Ujang S Chandra/Usep Sutendi