
WARTAPARAHYANGAN
SUKABUMI — Disadari atau tidak, Adjo Sardjono (Wakil Bupati Sukabumi) tampaknya sudah menjadi fenomena Pilkada Kabupaten Sukabumi 2020. Diremehkan lawan politik karena tidak memiliki kekuatan finansial, Adjo tetap melangkah, mengalir seperti air. Muaranya: akhir Januari 2020, partai Hejo Ludeung (PKB dan PPP) siap menggelar deklarasi pengusungan dirinya sebagai bakal calon bupati.
Pertanyaan yang kemudian “membukit” di benak publik Sukabumi adalah, siapa figur bakal calon wakil bupati yang akan mendampingi Adjo Sardjono? Hingga akhir Nopember 2019, nama kader PKS, Anjak Priatama Sukma (anggota DPRD Kabupaten Sukabumi) dan Agus Mulyadi (Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi periode 2014-2019) menjadi topik diskusi di ruang publik sebagai calon kuat pendamping Adjo.
Namun, diluar perhitungan siapa pun, pada awal Desember 2019 muncul nama Yudha Sukmagara. Ketua DPC Partai Gerindra yang namanya meroket setelah sukses membawa partainya menjadi jawara Pileg 2019 ini, langsung menjadi episentrum politik yang mengguncang konstelasi pilkada secara keseluruhan.
Keterkejutan publik terkait munculnya nama Yudha Sukmagara bisa dimengerti. Bagaimanapun, Yudha telah berada di puncak jabatan legislatif sebagai ketua DPRD Kabupaten Sukabumi 2019-2024. Perlu diingat, dalam sistem ketatanegaraan di republik ini, posisi ketua DPRD sejajar dengan kepala daerah. Pertanyaan sederhananya, ngapain jadi wakil bupati? Salah satu inisiator Hejo Ludeung yang juga Ketua DPC PKB Kabupaten Sukabumi, Asep Supriatna, ternyata punya jawabannya sendiri.
Sejauh yang saya tahu, Kang Yudha itu politisi muda yang sangat cermat menghitung setiap peluang dan bentuk pengabdian. Beliau tidak perlu diajari tentang apa yang terbaik saat ini buat dirinya. Maka, dalam konteks calon pendamping Pak Adjo, baik Kang Yudha maupun Pak Agus Mulyadi atau Kang Anjak, akan berproses secara alamiah dalam ruang dinamika politik,” jelas Asep, dalam sebuah kesempatan bincang-bincang di kediaman ketua relawan PAS (Pasukan Adjo Sardjono) Yana Suryana, di komplek perumahan Cibatu Regency.
Menambahkan penjelasannya, Asep menyebut tiga hal penting yang menjadi konsideran terciptanya komunikasi harmonis Hejo Ludeung dengan Partai Gerindra dan bakal calon wakil bupati pendamping Adjo Sardjono.”Inti gagasan kami adalah idealisme, kebersamaan dan kriteria kepemimpinan yang dibutuhkan Kabupaten Sukabumi setidaknya untuk lima atau sepuluh tahun ke depan. Jadi, soal figur (calon bupati dan wakil bupati) itu adanya di bagian ujung topik diskusi kami. Pada titik itulah saya melihat ketiga figur tadi tepat untuk mendampingi Pak Adjo,” ungkapnya.
Pokok gagasan tentang idealisme dan kebersamaan dijelaskan secara detail oleh inisiator Hejo Ludeung lainnya, Yusuf Ridwan (Ketua DPC PPP). Menurut Datep, panggilan akrab Yusuf Ridwan, idealisme yang ditawarkan Hejo Ludeung kepada Gerindra dan partai calon mitra koalisi lainnya adalah memberi kesempatan seluas-luasnya kepada figur terbaik yang memenuhi syarat dan kriteria kepemimpinan tanpa embel-embel mahar politik dalam bentuk apa pun.
“Idealisme konkrit seperti itulah yang telah kami lakukan kepada Pak Adjo. Sejak awal kami menyadari bahwa beliau tidak punya kekuatan finansial tapi memiliki kelebihan yang nilainya jauh lebih tinggi dari uang yaitu ketulusan, kejujuran dan kerendahan hati. Dalam bahasa saya rumusannya begini, “ketika Pak Adjo tidak mampu dan tidak akan mau memborong partai pengusung, kami lah yang akan memborong Pak Adjo dengan segala kelebihan dan kekurangannya,” tegas Datep disertai senyum lebar.
Konsep kebersamaan yang digagas Hejo Luddeung, kata Datep, bukan sekedar narasi yang hanya mengisi retorika komunikasi, tapi akan menjadi tali pengikat langkah perjuangan relawan, partai pengusung dan kandidat bupati/wakil bupati hingga tiba di pintu kemenangan. “Saya saksikan dan alami sendiri, kebersamaan itu telah tumbuh dan menjalar pada setiap gerakan relawan dan kader partai. Sumber gizi dan nutrisi kebersamaan kami adalah sosok Pak Adjo yang mencerminkan ketulusan, kesederhanaan, kesantunan dan sikap rendah hati,” ujarnya. Dia juga memastikan, jika terpilih nanti Adjo Sardjono akan menjadi bupati yang on the track dan on the table.
Kekuatan karakter positif Adjo Sardjono yang sudah menjadi pemahaman sebagian besar masyarakat Sukabumi, juga diyakini Hadad, tokoh masyarakat Cisaat yang menjadi arsitek militansi relawan Marwan-Adjo pada pilkada 2015. Tim kecil yang dia bentuk bersama sang adik Yana Suryana dan Helmi Yunan, tidak menemui kesulitan untuk mendapatkan tokoh masyarakat yang bersedia menjadi relawan.
“Mudahnya membentuk tim relawan di kecamatan dan desa, itu karena pengetahuan masyarakat tentang karakter Pak Adjo. Mereka yakin Pak Adjo adalah pemimpin yang baik hati. Maka, meminjam istilah Datep, kita semua siap memborong Adjo Sardjono,” tandas Hadad dengan tangan kanan terkepal.
(Ujang s Chandra)