
WartaParahyangan.com
BANDUNG – Penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di sejumlah Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, patut dipertanyakan. Pasalnya masih ada sekolah yang membiarkan ruang belajar atau perpustakaan tidak dirawat dengan baik, padahal dari dana BOS itu ada alokasi untuk perawatan sekolah.
Bahkan ada ruang perpustakaan di satu SD negeri yang sejak 3 tahun lalu tidak diperbaiki, menyebabkan kondisinya sekarang rawan keselamatan bagi murid-muridnya.
Bukan itu saja. Dalam pengadaan buku pelajaran Kurikulum Merdeka juga banyak SD yang membelinya tanpa mempertimbangkan jumlah siswa. Akibatnya hanya sebagian siswa saja yang kebagian buku tersebut. Di SD-SD lainnya malah buku pelajaran Kurikulum Merdeka itu belum dibeli.
Kepala SDN Tenjolaya 1, Mardiah, S.Pd., mengatakan untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka pihaknya sudah membeli buku paket secara bertahap, yakni untuk kelas 1 dan kelas 4. Itu pun diakui Mardiah masih belum mencukupi karena terkendala dana.
“Kami baru bisa membeli 20 paket buku. Jadi siswa masih bergiliran menggunakan buku paket tersebut,” kata Mardiah, S.Pd kepada Wartaparahyangan.com saat ditemuai di ruang kerjanya, Sabtu (26/8/2023).
Seperti kelas 1 yang siswanya berjumlah 48 orang, terpaksa bergantian atau 1 buku dipakai oleh tiga orang. Begitu pun siswa kelas 4, bergantian menggunakan buku paket tersebut.
“Dana BOS yang kami terima habis dipake belanja keperluan lain seperti laptop, infokus dan printer,” katanya.
Ketika ditanya cara pembeliannya, Mardiah menyebutkan belanja untuk kebutuhan sekolahnya menggunakan SIPlah (Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah, Red) di Toko Indotek yang ada di Soreang dekat kantor GeoDipa. Tujuannya, kata Mardiah, kalau ada barang yang rusak bisa komplain.
“Karena dana belum mencukupi, tahun yang akan datang kami rencanakan membeli buku paket sesuai dengan kebutuhan. Jadi akan di-full-kan, dan membeliannya juga akan menggunakan SIPlah,” ujar Mardiah seraya menyebutkan, SDN Tenjolaya 1 mendapat dana BOS sebesar Rp240 juta per tahun.
Dari dana BOS yang diterima kemarin, katanya lagi, dibelanjakan untuk membeli buku paket Kurikulum Merdeka sebesar Rp9 juta dan banyak pembelian barang-barang lain, di antaranya satu set printer, 4 unit laptop dan layar informasi untuk di tiap kelas. “Jadi di SD kami, tiap kelas belajarnya sudah memakai infocus,” ujarnya.
Alasan lain belanja 4 unit laptop baru, kata Mardiah, untuk memudahkan para guru dalam membuat soal dan semacamnya.

Menyinggung pembelian buku Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang dibebankan kepada siswa kelas 1-5, Mardiah membantah hal itu. Pihak sekokah, katanya, tidak mengharuskan siswa membeli buku PJOK seharga Rp15 ribu itu.
“Kami tidak mengharuskab siswa beli buku tersebut,” tegas Mardiah. Tapi dia mengakui pihak sekolah belum membeli buku panduan PJOK, karena belum ada anggaran.
Di sisi lain, sejumlah orang tua siswa kelas 2, yang tidak mau disebutkan namanya, mengaku bingung karena anaknya sekolah di SD negeri tapi buku harus beli sendiri. Padahal katanya sekolah gratis. Tapi kenyataannya siswa harus membeli buku sendiri.
“Ya mau gimana lagi, saya beli buku PJOK untuk anak saya, karena kalau tidak, kasihan ke anak. Sebab teman-temannya juga membeli buku itu. Memang sih tidak beli langsung dari guru, tapi ada agen yang sudah ditunjuk tidak jauh dari sekolah,” kata orang tua tersebut.
Hal senada dikatakan para siswa kelas 2 dan kelas 3. Mereka mengaku sudah membeli buku PJOK dari salah satu tempat yang tidak jauh dari sekolah, harganya Rp15 ribu.
Sementara itu, Kepala SDN Tenjolaya IV, Dayat Supriatna, S.Pd., mengatakan, untuk kepentingan materi Kurikulum Merdeka, pihaknya belum melakukan pembelian buku-buku/paket, karena SD-nya masih menerapkan Kurikulum 13 (Kurtilas), dengan alasan SDN Tenjolaya IV masih status Kurikulum Merdeka Mandiri. Ini artinya masih boleh menggunakan Kurtilas.
Ke depan, lanjut Dayat, pihaknya tentu akan menerapkan Kurikulum Merdeka. “Saat ini kami sedang persiapan menggunakan Kurikulum Merdeka,” ujarnya.
Dayat menjelaskan, ke depannya yang akan menerapkan Kurikulun Merdeka yakni kelas 1 dengan siswa sebanyak 51 orang, dan kelas 4 dengan siswa 51 orang. Sedangkan jumlah siswa SDN Tenjokaya IV seluruhnya sebanyak 262 orang.
Terkait ruang perpustakaan yang sekaligus juga ruang guru yang kondisinya rusak sejak 3 tahun lalu, sementara dalam BOS ada alokasi anggaran 10 persen untuk pemeliharaan gedung sekolah, Dayat berkilah dana BOS tersita untuk perbaikan lainnya.
“Memang ruang perpustakaan itu lebih dari 3 tahun belum diperbaiki. Karena anggarannya belum ada, sementara dana BOS tersita untuk keperluan sekolah yang lainnya,” ujar Dayat yang baru menjadi kepala SDN Tenjolaya IV pada 2022.
Kondisi ruang perpustakaan yang terbengkalai tanpa atap itu, jika dibiarkan bisa membahayakan siswa, termasuk guru, karena ruangan itu juga ruang guru.
Lily Setiadarma