WartaParahyangan.com
CIANJUR – Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang terdampak gempa bumi Cianjur, Senin dua pekan lalu, hingga saat ini dikabarkan belum menerima bantuan.
Padahal bantuan tersebut sangat dibutuhkan, terlebih lagi bagi guru di SMK swasta yang nota-bene menerima honorarium di bawah UMR, sehingga bagi mereka bantun menjadi harapan untuk menyambung hidup.
Seperti diungkapkan Hendrik, guru honorer di salah satu SMK swasta di Kecamatan Cugenang. Dia mengaku hingga sekarang belum pernah menerima bantuan apa pun dari Posko Bantuan Tanggap Bencana yang dikelola MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMK Kabupaten Cianjur.
Posko yang berada di SMKN 2 Cilaku itu, kata Hendrik, terkesan kurang pro aktif. “Sangat disayangkan memang sikap terlalu lama membagikan donasi untuk guru yang sangat membutuhkan bantuan ini,” keluh Hendrik.
Di sisi lain diperoleh kabar, sudah banyak donasi dari sekolah-sekolah lain di Jawa Barat yang masuk ke posko tersebut, bahkan dikabarkan nilainya mencapai ratusan juta rupiah.
Karena itu sangat disayangkan bila bantuan yang sudah ada, belum juga dibagikan kepada mereka yang terdampak gempa. Hal ini menjadi sorotan salah seorang pakar hukum di LBH Gami Cianjur.
“Penomena posko penerimaan donasi bisa berpotensi pidana apabila ada penyalahgunaan bantuan, sehingga perlu diaudit oleh akuntan publik sebagai bentuk pertanggungjawaban,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua MKKS SMK Kabupaten Cianjur, Jajat Sudrajat, M.Pd., ketika dikonfirmasi wartaparahyangan.com, Selasa (06/12/2022), membantah guru-guru yang terdampak gempa belum mendapat bantuan dari posko.
“Sapalih parantos pa, dinten ayeuna oge tos disiapkeun kanggo nu teu acan kabagi (Sebagian sudah mendapat bantuan, dan hari ini sudah disiapkan bantuan untuk guru yang belum mendapat bagian),” ujar Jajat melalui jejaring WhatsApp.
Menurut Jajat, terbatasnya personil pendistribusian bantuan yang ada di posko menjadi penyebab belum semua guru yang terdampak gempa mendapat bantuan, apalagi jumlahnya relatif banyak.
“Yang sudah terdata ada 507 orang guru,” ujar Jajat seraya menyebutkan, bantuan tersebut tidak dalam bentuk uang, akan tetapi berupa paket sembako, selimut, alat mandi dan lain-lain.
Asep R. Rasyid