WartaParahyangan.com
PANGANDARAN – Pasundan Istri (Pasi) Kabupaten Bandung melaksanakan kunjungan kerja dua hari ke wilayah Jawa Barat bagian timur. Rombongan mendatangi UMKM Pasi Kota Tasikmalaya dan UMKM Sari Honje di Dusun Kemplung, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran.
Kegiatan berlangsung pada Jumat–Sabtu, 14–15 November 2025, dengan peserta mencapai empat puluh orang dari berbagai bidang.
Sejak pagi, rombongan bergerak menuju lokasi pertama dan mengikuti rangkaian agenda yang sudah disiapkan panitia. Karena jarak antarwilayah cukup jauh, panitia menyusun alur kunjungan secara efisien agar peserta mendapatkan pengalaman maksimal, sehingga setiap anggota dapat mengikuti seluruh sesi tanpa kehilangan kesempatan belajar dari pelaku UMKM.
Ketua Pasi Kabupaten Bandung, Hj. Rida Restuti Suryana, S.Pd., M.MPd., memimpin rombongan dan membuka kegiatan dengan arahan singkat. Ia menjelaskan alasan utama pelaksanaan program ini. “Kami datang untuk kunjungan kerja juga studi tiru di UMKM Sari Honje Parigi Pangandaran. Peserta yang ikut kurang lebih empat puluh orang,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kemampuan anggota dalam mengolah bahan lokal. Karena itu, ia mengarahkan peserta untuk mengamati seluruh proses produksi secara detail. “Kami ingin melihat bagaimana cara pembuatan honje menjadi berbagai makanan. Kami berharap pengalaman ini memberi ide baru untuk pengembangan UMKM keluarga,” katanya.

Menurut Rida, anggota dapat mengadaptasi proses ini setelah kembali ke daerah. Ia juga menilai kegiatan ini membuka peluang kerja sama antarwilayah. “Kami ingin ibu-ibu bisa mengimplementasikan pengalaman yang mereka peroleh. Kabupaten Bandung memiliki banyak UMKM. Karena itu, kami ingin memadukan pengalaman dari Pangandaran dengan potensi lokal,” jelasnya.
Setelah memberikan arahan, ia mengajak peserta menyaksikan demonstrasi pembuatan produk honje. Dengan begitu, peserta memahami alur kerja dari persiapan bahan hingga proses pengemasan. Ia berharap proses pembelajaran ini memberi dampak langsung bagi usaha rumahan yang dikelola anggota.
Kunjungan ini mendapat dukungan Dinas Dalduk PPA Kabupaten Bandung. Kepala Dinas Dalduk PPA, H. Muhammad Hairun, SH., MH., menugaskan Sekretaris Dalduk PPA, Ade Yeni Noberti, S.Sos., M.Si., untuk mendampingi rombongan. Kehadiran perwakilan dinas memperkuat hubungan kelembagaan dan memastikan program pemberdayaan berjalan searah dengan kebijakan daerah.
Ade Yeni menyampaikan apresiasi langsung kepada Pasi Kabupaten Bandung. Ia menilai organisasi ini berkomitmen kuat terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan. “Atas nama Bapak Kepala Dinas, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Pasi Kabupaten Bandung termasuk yang terbaik di Indonesia,” ujarnya.
Ia melihat kegiatan studi tiru memberikan manfaat besar bagi daerah. Karena itu, ia meminta seluruh anggota memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. “Kami mengapresiasi kegiatan studi tiru UMKM di Parigi Pangandaran dan Kota Tasikmalaya. Semoga ibu-ibu bisa mengimplementasikan hasil pembelajaran di Kabupaten Bandung. Sepuluh program PASI harus maju, mandiri, dan berkelanjutan,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa program Pasi mendapatkan dukungan penuh dari Bupati Bandung dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bandung. Karena itu, ia meminta anggota bergerak lebih aktif dalam mengembangkan usaha rumahan dan usaha komunitas. Menurutnya, gerakan ekonomi perempuan membutuhkan kolaborasi yang kuat antara organisasi dan pemerintah daerah.
Penasehat Pasi Pusat, Hj. Wien Yoyo, turut menyampaikan wejangan. Ia mendukung penuh penguatan ekonomi perempuan di seluruh wilayah. “Saya sebagai pendamping dan penasehat Pasundan Istri memberikan apresiasi untuk Pasundan Istri Kabupaten Bandung. Semoga program ekonomi UMKM semakin maju di tingkat nasional,” katanya.
Setelah sesi sambutan, peserta memasuki tahap inti, yaitu penjelasan langsung dari pelaku UMKM Sari Honje. Owner Sari Honje, Rini Mubasiroh Jamilah, menyambut rombongan dan menjelaskan asal-usul produknya. “Sari Honje adalah minuman yang berasal dari buah honje. Buah ini banyak terdapat di Pangandaran,” katanya.
Ia memilih bahan honje karena manfaat kesehatannya sangat besar. “Honje bisa menurunkan hipertensi, menurunkan kolesterol, melancarkan pencernaan, dan membantu mencerahkan kulit. Kandungan vitamin C-nya sangat tinggi,” ujarnya. Ia menilai bahan honje mudah ditemukan dan mudah diolah. Karena itu, warga dapat memproduksinya secara manual tanpa membutuhkan alat berat.
Rini menjelaskan cara produksi secara terperinci. “Untuk satu kilogram honje, kita campur dengan lima liter air dan seperempat kilogram gula pasir. Kita tambahkan sedikit garam. Setelah itu, kita preteli buahnya, cuci bersih, tumbuk, lalu rebus selama satu jam. Terakhir, kita saring dan ambil airnya,” jelas Rini.

Ia menekankan bahwa proses penumbukan wajib menggunakan alat kayu. “Asam honje sangat tinggi. Jika memakai alat yang tidak sesuai, rasa minuman akan berubah. Alat kayu lebih aman dan tidak bereaksi dengan bahan,” ujarnya.
Setelah menjelaskan prosesnya, Rini memaparkan perkembangan pemasaran produknya. “Alhamdulillah Sari Honje sudah dikenal luas. Minuman ini ikon Pangandaran. Kalau ada orang mengaku pernah ke Pangandaran tapi belum mencoba Sari Honje, berarti belum benar-benar ke sini,” katanya sambil tertawa.
Ia menjelaskan kapasitas produksi mereka. “Kami memproduksi antara dua ratus sampai empat ratus botol sekali produksi. Kami memproduksi tiga kali dalam satu minggu,” jelasnya. Harga produk juga sangat terjangkau. “Botol 350 mililiter kami jual Rp10.000. Untuk kemasan kecil 250 mililiter, harganya Rp7.000. Kami juga memiliki sirup honje untuk campuran,” tambahnya.
Setelah sesi pemaparan, peserta berdiskusi mengenai peluang pengembangan produk honje di Kabupaten Bandung. Mereka menilai bahan lokal di daerah mereka juga memiliki potensi serupa. Karena itu, anggota ingin mengadaptasi konsep produksi sederhana untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Kunjungan kerja ini berakhir dengan penyampaian komitmen bersama. Seluruh peserta sepakat memperkuat pengembangan UMKM lokal setelah kembali ke Kabupaten Bandung. Mereka juga berencana membentuk kelompok kerja kecil untuk mengembangkan produk berbahan lokal sebagai upaya mendukung ekonomi keluarga.
Lily Setiadarma











