Plt. Dirut RSUD Pagelaran Jan Izaac F, Klaim Temukan Alat Pembuat Oksigen

Jan Izaac F

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Oksigen menjadi barang yang sangat dibutuhkan saat kasus konfirmasi Covid-19 melonjak signfikan seperti yang terjadi akhir-akhir ini, termasuk di Kabupaten Cianjur. Kebutuhan oksigen di setiap rumah sakit rujukan meningkat seiring terus bertambahnya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang harus mendapat perawatan intensif.

Kondisi seperti itulah yang membuat jajaran RSUD Pagelaran, Cianjur selatan, memutar otak supaya bisa menciptakan oksigen buatan yang bisa digunakan dalam keadaan darurat. Adalah Jan Izaac Ferdinandus, seorang dokter yang saat ini dipercaya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama RSUD Pagelaran.

Terinsipirasi dari cara kerja struktur oksigen konsentrator, Ferdinandus dan anak buahnya di RSUD Pagelaran menguji coba berbagai peralatan yang bisa meningkatkan saturasi oksigen. Tak butuh biaya mahal dan peralatannya pun mudah diperoleh, Ferdinandus akhirnya menemukan formulasi peralatan yang bisa menghasilkan oksigen buatan, minimalnya bisa digunakan saat kondisi darurat.

Peralatan utama dari oksigen buatan itu merupakan aerator yang biasa digunakan untuk memberi oksigen pada ikan di akuarium. Aerator itu bisa menghasilkan oksigen setelah melalui berbagai tahapan.

“Penggunaan aerator ini kita ambil dari konsep oksigen konsentrator yang mengambil udara dari luar kemudian menyaring kadar nitrogen dan oksigen,” ujar Ferdinandus kepada wartawan di RSUD Pagelaran, Kamis (15/7/2021).

Alat tersebut bisa dimanfaatkan bagi pasien yang kebutuhan dasar oksigennya berkisar 10-15 liter per menit (lpm). Ferdinandus tak memungkiri alat buatan itu hanya akan dipakai dalam kondisi darurat. “Alat ini memang masih perlu diteliti lebih lanjut, khususnya memisahkan kadar nitrogen dan oksigen,” katanya.

Cara kerja aerator untuk menghasilkan oksigen buatan itu cukup sederhana. Dengan memasang slang, aerator dihubungkan dengan regulator untuk menghasilkan udara tinggi (high flow). “Dari regulator ini kita stel hingga menghasilkan kadar oksigen 10 lpm. Tapi tergantung kebutuhan pasien. Misalnya kebutuhan pasien 3-4 lpm, kita naikkan jadi 10 lpm dengan asumsi oksigen murni sebesar 25%,” jelasnya.

Tujuan Ferdinandus membuat oksigen buatan itu tak lain karena kondisi yang serba darurat. Selain cukup sulit mendapatkan oksigen konsentrator, harganya pun relatif cukup mahal.

“Harga oksigen konsentrator itu bisa mencapai puluhan juta rupiah, makanya kita berinovasi. Asumsinya, ketika kita melakukan RJP (resusitasi jantung paru) atau napas buatan bahwa paru-paru itu mengandung C02 yang banyak, dari penolong kepada yang ditolong. Dengan alat ini kadar oksigennya 25% ada dan terukur, kenapa tidak dicoba. Tadinya saturasi O2 pasien yang di bawah 90 atau di bawah 90-an bisa naik jadi 99 hingga 100,” ungkapnya.

Ferdinandus mengaku sudah menggunakan alat tersebut ke pasien yang membutuhkan. Hasilnya sejauh ini tidak ada efek atau masalah apapun.

“Estimasi kebutuhan kita (RSUD Pagelaran) itu 70 tabung per hari. Kalau pasokan hanya 40-50 tabung, berarti kita kekurangan 20-an tabung. Untuk menutupinya, mungkin kita bisa gunakan alat ini sementara waktu ketika kondisinya darurat,” kata Ferdinandus.

Dia mengaku tidak terpikirkan memproduksi massal alat tersebut. Sebab, alat itu hanya untuk konsumsi internal di RSUD Pagelaran ketika kondisinya darurat. “Kami selalu berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu dan pasokan oksigen juga kembali normal. Kalau oksigen sudah normal, alat ini dipastikan tidak akan kami gunakan lagi,” katanya.

Sebab memang, katanya lagi, saat pandemi Covid-19 ini kondisinya semua serba darurat. Karena itu keselamatan dan kesembuhan pasien menjadi prioritas utama. “Kalau otak tidak menerima darah dalam waktu 5 menit, itu akan mengalami kegagalan fungsi,” ujar Ferdinandus.

(Asep R. Rasyid)