Resesi Global di Depan Mata, Kang Ace: Golkar Sudah Punya Cara untuk Menghadapinya

Kang Ace sedang menyampaikan orasi ilmiah pada Wisuda Sarjana (S1) STIE Yasa Anggana Garut di Auditorium Kampus 2 STIE Yasa Anggana Garut, Jalan Pembangunan No. 161a, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis (12/1/2023).

WartaParahyangan.com

GARUT – Dunia kini tidak sedang baik-baik, ancaman resesi global tengah berada di depan mata. Namun demikian sebagai bangsa yang besar Indonesia harus memiliki pandangan optimis untuk menghadapinya.

Hal itu dikatakan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Dr. Tb. H. Ace Hasan Syadzily, M.Si, saat memberikan orasi ilmiah pada Wisuda Sarjana Sekolah Tinggi Ekonomi (STIE) Yasa Anggana Garut di Auditorium Kampus 2 STIE Yasa Anggana Garut, Jalan Pembangunan No. 161a, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis (12/1/2023).

“Sinyal resesi global ini semakin kuat. Namun demikian tentu kita harus mampu menghadapinya dengan sikap optimis,” kata Kang Ace begitu Tubagus Ace Hasan Syadzily dipanggil para kader Partai Golkar di Jawa Barat.

Partai Golkar, lanjut Kang Ace, sudah mengisyaratkan agar bangsa ini berhati-hati dalam menghadapi resesi global akibat the perfect storm atau tantangan 5C ini.

“Lima C pertama adalah Covid-19. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 belum usai. Kedua, adalah konflik (conflict) di Ukraina dan ketiga, commodity prices, keempat adalah cost of living atau krisis biaya hidup dan C terakhir adalah climate change atau perubahan iklim,” ungkap Kang Ace.

“Apa yang terjadi dengan Covid-19 selama hampir 2,5 tahun telah menimbulkan berbagai permasalahan dibidang kesehatan dan ekonomi menjadi porak-poranda. Namun begitu Indonesia jauh lebih baik dalam penanganannya sehingga kita berhasil melewatinya,” sambung Kang Ace.

Menurut Kang Ace, conflik Rusia Ukrania telah mengakibatkan harga pangan dunia melambung. Implikasinya bagi Indonesia tentu sangat besar. Pasokan gas ada di Rusia. Gandum di Ukrania. Ini mengakibatkan rantai pasok pangan terhambat lantaran stok pangan dunia terseok dan terganggu.

Begitupun dengan perubahan iklim yang terjadi selama ini dan beberapa waktu ke depan, sebut Kang Ace, telah berpengaruh pada berbagai sektor kehidupan. Seperti pada perubahan masa tanam dan masa panen.

“Dulu masih ingat kalau masuk bulan ‘ber-ber’ baru hujan. Sekarang Januari justru hujan lebat, bukan kemarau. Belum lagi ada iklim baru yang menyebabkan elnino, lanina dan lain-lain. Itu semua membawa perubahan bagi krisis yang cukup signifikan,” tuturnya.

Kang Ace menjelaskan, beberapa negara telah mengalami kekurangan pangan akibat krisis global tersebut. Namun sekali lagi Indonesia berhasil menghadapinya.

“Di saat semua negara di dunia mengahadapi stagflasi, Indonesia justru mencatatkan pertumbuhan positif,” ungkap Kang Ace dihadapan Ketua Yayasan Yasa Anggana, H. Tandang Santanu, Ketua STIE Yasa Anggana, DR. Tita Rachtawati, SE., MM, dan para anggota senat serta ratusan mahasiswa yang hadir.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini juga menggarisbawahi bahwa sebenarnya tidak mudah menjaga tren positif itu. Indonesia berhasil menghadapi berbagai tantangan global ini tidak bisa dilepaskan oleh kebijakan yang tepat pemerintah di bawah komando Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

“Melalui tangan Pak Menko Airlangga Hartarto ini alhamdulillah Indonesia mampu mencatatkan prestasi luar biasa dalam menghadapi berbagai tantangan global,” ujar Kang Ace yang disambut tepuk tangan hadirin.

Dia mengajak STIE Yasa Anggana dapat terlibat dalam membangun formula menghadapi tantangan yang terjadi: Walaupun menghadapi tantangan tidak mudah kita mencatatkan prestasi luar biasa.

“Kita patut bersyukur ternyata dalam krisis yang terjadi justru yang bisa bertahan adalah industri olahan dan makanan. Mungkin salah satu kontribusinya adalah dari Kabupaten Garut ini yang kaya dengan pelaku usaha berbasis olahan dan makanan,” jelas Kang Ace.

Dihadapan para mahasiswa Kang Ace menegaskan, resesi dunia dan ketidakpastian global bukan untuk ditakuti tapi justru untuk bisa dihadapi dengan optimis. “Optimisme Indonesia menunjukan pada tren positif. Saya juga ingin seluruh civitas akademik di STIE Yasa Anggana ini selalu memiliki pandangan optimis,” ujarnya.

Salah satunya, lanjut Kang Ace, tantangan ini harus dihadapi bahwa kebijakan ekonomi kita harus bertumpu pada ekonomi riil. Karena itu, potensi kampus harus digali, sikap kewirausahaan harus terus ditumbuhkan dimana-mana.

“Indonesia harus mampu memanfaaatkan bonus demografi yang dimiliki. Pilihan ke depan kita adalah menjadi negara maju atau mundur,” kata Kang Ace memberi semangat.

Indonesia, katanya lagi, akan berada pada posisi usia produktif. Generasi Milennial dan generasi Z adalah generasi yang akan meneruskan arah bangsa ke depan.

Sedangkan di negara-negara maju seperti Jepang, kini tengah mengalami persoalan kependudukan dimana masyarakatnya lebih didominasi oleh warga dengan usia tua, sehingga negara harus terus memberikan subsidi.

“STIE Yasa Anggana harus terdepan memanfaatkan situasi ini, melahirkan enterpreneur tangguh dan tahan banting, serta berkontribusi untuk kemajuan ekonomi bangsa ke depan terutama di Kabupaten Garut ini,” kata Kang Ace.

Asep R. Rasyid