Prajurit TNI Bebaskan Dokter Amerika dari Sekapan Bandit Kongo

Static Combat Deployment (SCD) Lulimba yang dipimpin Mayor Inf Yoni ( tengah ), setelah berhasil membebaskan seorang dokter warganegara Amerika Serikat yang disekap di Kongo — foto: ist/Puspen TNI

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG –  Salah seorang prajurit TNI anggota pasukan Garuda yang tergabung dalam Satgas TNI Konga 39-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de lOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO), Mayor (Inf)  Yoni berhasil membebaskan Sarah, seorang dokter kewarganegaraan Amerika Serikat (AS) yang disandera selama 16 hari oleh para bandit bersenjata di Ake Village, 10 KM dari SCD Lulimba, Kongo.

Dalam rilisnya, Kolonel Inf Daniel Lumbanraja, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXIX-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de IOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO) Kolonel Inf Daniel Lumbanraja, bertempat di Base Camp Indo RDB Kalemie, Provinsi Tanganyika Republik Demokratis Kongo, menyampaikan bahwa peristiwa penghadangan tersebut dilakukan oleh 10 bandit bersenjata terhadap dua kendaraan truk yang melintas di desa Kako Village,10 KM dari Static Combat Deploymet (SCD) Lulimba, Sabtu dini hari (1/8/2020).

Seorang dokter WN AS tengah berpelukan setelah berhasil dibebaskan dari penyekapan oleh para bandit di Kongo.– foto: ist/Puspen TNI.

Prestasi Mayor Yoni tersebut tidak hanya menorehkan catatan prestasi bagi TNI yang ditugaskan di luar negeri, melainkan memicu rasa bangga bagi ayah angkatnya H. Bambang Budi Raharjo. Pria berusia 63 yang kini menjabat sebagai Komisaris di BPR Kerta Raharja, yaitu bank milik Pemkab Bandung—mengaku dirinya tak menyangka Yoni bisa melakukan aksi heroik di negara orang lain.

H. Bambang Budi Raharjo

Menurut H. Bambang, Yoni adalah putra daerah Kabupaten Bandung, menjadi Pasukan Garuda yang tergabung dalam Satgas TNI Konga 39-B Rapid Deployable Battalion (RDB) Mission de lOrganisation des Nations Unies pour La Stabilisation en République Démocratique du Congo (MONUSCO). Yoni bahkan menjadi Komandan Static Combat Deployment (SCD) Lulimba.

“Bangga sekali. Anak angkat saya ini bisa memimpin pembebasan tawanan sandera di Kongo,” kata pria yang tinggal di Kopo Permai, Blok AA Nomor 2, Kabupaten Bandung ini.

H. Budi mengaku baru tahu kalau Yoni berhasil memimpin pasukannya menyelamatkan WNA itu pada Minggu 26 Juli 2020. Itu pun setelah istrinya memberitahu ada tayangan di TV nasional.

“Tapi saat saya cek di YouTube ternyata ada,” katanya.

H. Budi menuturkan, Yoni lahir dan tinggal di Kampung Cimilik, Desa Cukang Genteng, Kecamatan Pasirjambu. Yoni sendiri lulus AKMIL Magelang pada tahun 2007, setelah menyelesaikan sekolah kemiliterannya selama empat tahun. 

Selama mendaftar, kata dia, Yoni sama sekali tak mengeluarkan uang sepeser pun. Yoni berangkat mendaftar sebagai calon perwira saja hanya berbekal doa, fotocopy ijazah, dan sejumlah persyaratan administrasi.

H. Budi bercerita, Yoni mulai didopsi olehnya setelah lulus SD. Yoni kemudian disekolahkan Bambang hingga lulus SMA dan akhirnya mendaftar sebagai calon perwira TNI AD. Sebetulnya, Bambang lebih dulu mengangkatnya menjadi anak adalah Rahma Wijaya, kakak Yoni. Sebulan kemudian, barulah Yoni.

Komandan Static Combat Deployment (SCD) Lulimba, Mayor Inf Yoni. foto: istimewa

“Kedua anak ini saya jadikan anak angkat karena orang tuanya sudah tidak punya biaya untuk menyekolahkan. Padahal keduanya semangat sekali tekadnya untuk mengenyam pendidikan,” kata bapak tiga anak ini. 

Kata H. Budi, Yoni kecil memang sudah gemar berolahraga. Posturnya tubuhnya pun sudah terlihat kekar sedari kecil. Akibat gemar berolahraga, menjadikan kulit Yoni menjadi gelap. Itu sebabnya H.Budi kerap memanggil Yoni dengan sebutan si Hideung. Sebab, dari tiga anak angkatnya, hanya Yoni yang berkulit gelap. Yoni pun sangat rajin mengaji, meski memang sedikit bandel. Namun ia memaklumi itu karena Yoni masih kecil dan Yoni adalah anak laki-laki. 

Namun dibalik semua itu, Budi mengaku  sudah memiliki firasat jika Yoni kecil akan menjadi seorang tentara dengan karir yang sukses kelak saat dewasanya. H. Budi mengaku bahkan sempat berbisik kepada kedua orang tua Yoni saat akan menitipkan Yoni kepada dirinya. 

“Saya berbisik begini, ‘sugan weh jadi tentara’ (siapa tahu nanti jadi tentara). Ternyata, ucapan dan doa saya dikabulkan Allah. Yoni sekarang sudah jadi tentara. Berprestasi dan dia adalah putra daerah. Saya sangat bangga sekali. Orang tuanya juga sangat bangga. Apalagi Yoni memang dari kecil anaknya pemberani, ulet, dan prihatinnya tinggi sekali,” kata H. Budi 

Sewaktu mendidik Yoni, H.Budi mengaku tak pernah membeda-bedakan dengan ketiga anak kandungnya. Perlakuannya yang ia berikan sama. Disiplin, mengajarkan perilaku prihatin menjadi kunci H.Budi mendidik anak-anaknya, termasuk ketiga anak asuhnya itu. Sebab, disiplin dan prihatin menjadi tonggak pendidikan yang diajarkan kedua orang tua H. Budi kala mendidik dirinya saat kecil.

“Saya ikuti pola mendidik orang tua saya dulu. Kenapa? pola mendidik orang tua saya dulu yang membuat saya seperti ini. Lima kali menjabat sebagai pejabat eselon II di Pemkab Bandung,” kata dia. 

Meski hanya anak angkat dan kini sudah menjadi orang yang terbilang cukup sukses, kasih sayang Yoni kepada Budi dan keluarga tak meluntur. H. Budi bahkan mengaku merasa menjadi orang tua kandung Yoni. Begitupun sebaliknya. Tiap libur maupun cuti, baik saat berdinasi di Kodam III/Siliwangi maupun saat menjabat Wadanyon Infanteri di Blora, Yoni selalu menyempatkan diri mengunjungi H. Budi. Komunikasi melalui telepon pun tidak pernah terputus. 

“Kalau libur atau cuti, malah sempat bilang ingin menginap di rumah saya sebelum di rumah orang tuanya. Saya larang itu. Kewajibannya harus ke orang tua kandung dulu, baru kalau mau menginap di saya, baru di perbolehkan. Lucu juga. Soalnya saat mengenalkan calon istri saja dia malah ke saya dulu. Saya tegur itu si Yoni. Tapi ya karena sudah di rumah, bagaimana lagi,” kata dia. 

Bapak angkat Myor Inf . Yoni, H. Bambang Budi Raharjo  bersama keluarga yang tinggal di Kopo Permai, Blok AA Nomor 2, Kabupaten Bandung. — Foto: istimewa

H. Budi yakin jika karir Yoni di kemiliteran akan bersinar. Apalagi Yoni memang mendedikasikan jiwa dan raganya kepada Indonesia. Ia percaya jika Yoni akan menjaga reputasinya sebagai prajurit TNI. 

“Saya sempat telepon dia, dan saya berpesan ke dia, untuk terus berhati-hati. Kalau cacat (reputasi) akan terbawa terus. Jangan sampai membuat kesalahan yang fatal. Reputasi harus dijaga, karena reputasi mahal harganya,” kata dia menyudahi ceritanya. 

Sementara itu Ustaz Sariman, anak angkat pertama Budi turut bangga dengan torehan karir Yoni. Ia tak menyangka Yoni bisa sesukses ini di dunia kemiliteran. 

“Saya ingat, bapak sering kali memanggil Yoni dengan sebutan si Hideung. Itu panggilan kasih sayang bapak. Alhamdulillah, sekarang si Hideung sudah jadi komandan. Masya Allah, Subhanallah, Walhamdulillah, Allahuakbar, kami semua sekeluarga bangga sama Yoni,” ujar ustaz yang memiliki channel YouTube Komunitas Bebas Riba Bebas Utang (BRBU) ini.

 Lily Setiadarma