
WARTAPARAHYANGAN.COM
SUKABUMI — Dari dulu hingga saat ini, konsumsi kopi bukanlah minuman yang hanya dianggap selingan, tapi kopi bagi sebagian orang penikmatnya merupakan gaya hidup dan cara menikmati hidup, bahkan kopi merupakan minuman kedua terpopuler di dunia. Maka dari itu cukup banyak orang yang mengusahakannya karena nilai manfaat yang bisa diambil cukup besar, potensial dan profitable.
Demikian dikatakan Gumilar K Permana, S.Hut, M.Si kasi Penataan Usaha Perkebunan pada Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, saat memberikan Bimbingan Tekhnis Budidaya dan Pengolahan Kopi di Desa Gunung Karamat Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, Selasa (10/11/2020).
Dan kopi yang akan dibahas di sini adalah Kopi (Coffeaspp), species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda. Secara umum, jenis kopi yang beredar secara luas ada 3 jenis yaitu arabika, robusta dan liberika, hanya saja di Indonesia jenis arabika dan robusta yang banyak diusahakan.
Mengenai per-kopian, katanya, Indonesia merupakan produsen keempat penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Kolombia dan Vietnam. Tentu melihat dari hal tersebut komoditas kopi bisa menjadi PDB untuk Indonesia. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil kopi di Indonesia, ada tiga kabupaten di Jawa Barat sebagai sentra kopi yaitu Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sukabumi.
“Kabupaten Sukabumi mempunyai potensi untuk pengembangan pengusahaan komoditas kopi, hingga saat ini perkebunan kopi di Kabupaten Sukabumi mencapai luasan + 1.500 Ha dengan 1.000 Ha merupakan perkebunan kopi rakyat,“ jelas Gumilar.
Sementara itu, Kasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Sostenes, SP, MT mengatakan, pada masa pandemic Covid-19 harga commodities kopi Cerry sempat mengalami penurunan hingga Rp 5.000 ditingkat petani. Namun hal tersebut kurang berpengaruh terhadap produksi kopi berupa greenbeen dan roasbeen karena penurunan harganya relatif rendah.
“ Harga greenbeen saat ini mencapai Rp 40.000/ Kg dan roasbeen mencapai Rp 150.000 sampai dengan Rp 200.000/ Kg. Melihat dari hal tersebut pengusahaan kopi lebih baik dilakukan hingga pasca panen dan pengolahan agar keuntungannya maksimal.” ungkap Sostenes.
Dijelaskan pula, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi melalui Bidang Perkebunan sudah sejak lama membina petani kopi agar mengusahakan kopi dalam bentuk olahan. Dalam mendukung upaya tersebut, hingga sampai saat ini Bidang Perkebunan melalui Seksi Pengolahan dan danPemasaran Hasil Perkebunan telah mendistribusikan bangunan dan alat pengolahan kopi untuk kelompok tani di Kecamatan Gegerbitung, Nyalindung, Sukaraja dan Kecamatan Kadudampit.

“Pada saat ini pengembangan kopi tahun 2020 dilaksanakan di Kecamatan Kabandungan dan Kecamatan Cisolok. Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, telah mendistribusikan bantuan bibit kopi sebanyak 35.000 bibit untuk 14,5 Ha di Kecamatan Cisolok. Perluasan penanaman kopi rencananya akan diperluas oleh Dinas Pertanian di Kecamatan Cisolok seluas 25 Ha dan Kecamatan Kabandungan seluas 20 Ha dengan kebutuhan bibit sebanyak 108.000 bibit. “katanya.
Kedepannya kata Sostenes, Dinas Pertanian akan terus melakukan pembinaan, pengawasan, pendistribusian fasilitasi bangunan dan alat pengolahan serta pemasaran kopi agar petani kopi di Kabupaten Sukabumi bisa menciptakan kopi yang berkualitas yang secara tidak langsung meningkatkan taraf hidup petani kopi.
HERRY DARMAWAN